Dalam kebudayaan suku Bugis maupun Makassar, pakaian adat khusus untuk
wanita disebut baju bodo, sedangkan baju adat kaum pria disebut jas tutu.
Jas tutu bagi kaum pria Bugis maupun Makassar merupakan hal
yang sangat penting. Baju adat itu tidak bisa dilepaskan dari berbagai
acara adat, bahkan terbilang sakral jika dikenakan di musim tertentu.
"Jas tutu bagi kaum pria itu tak hanya melekat sebagai penutup tubuh atau aksesoris biasa. Melainkan hanya dikenakan pada acara adat seperti pernikahan, upacara pemandian benda pusaka, atau acara adat lainnya
Pakaian adat yang dikenakan khusus pria suku Bugis-Makassar tak hanya berupa jas tutu. Mengenakannya biasanya berpasangan dengan celana atau paroci, kain sarung atau lipa garusuk, dan tutup kepala berupa songkok.
Jas tutu bentuknya lengan panjang, leher berkerah serta diberi
kancing yang terbuat dari sepuhan emas atau perak dan dipasang pada
leher baju. Sementara, kain lipa sabbe atau lipa garusuk tampak polos tetapi berwarna mencolok, seperti merah dan hijau.
Khusus untuk tutup kepala, kata Tamin, menggunakan songkok adat yang terbuat dari serat daun lontar yang dianyam dan dihiasi dengan benang emas dan ada juga yang tidak disebut songkok guru
"Biasanya, yang mengenakan songkok (pasapu) guru adalah mereka
yang berstatus sebagai guru di kampung. Pemakaian tutup kepala pada
busana pria mempunyai makna-makna dan simbol-simbol tertentu yang
melambangkan status sosial penggunanya, tapi itu dulu. Sekarang ini
sudah beragam, siapa saja biasa memakainya dalam pesta adat khususnya
perkawinan
Setidaknya dahulu terdapat tiga lapisan strata sosial dalam masyarakat Makassar, yaitu Ono Karaeng yang merupakan keturunan bangsawan dan kerabat raja, Tu Maradeka atau orang merdeka, dan Ata, yaitu golongan budak dan rakyat jelata. Namun, seiring berjalannya waktu, pakaian adat Bugis Makassar ini bisa digunakan siapa pun.sumber : liputan6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar